coretan resuffle jilid 2 untuk dunia pendidikan
Beberapa hari ini yang
orang-orang bahas di beberapa media tentang resuffle mentri jilid dua pada
perioede kepemimpinan Jokowi JK, memang suatu hal yang lumrah dalam
kepemimpinan suatu organisasi ada pergantian kepengurusan apatah lagi ini
adalah organisasi besar yang menaungi sebuah negara yang besar. Tapi entah
kenapa media tak henti-hentina membahas tentang resuffle ini, ada beberapa nama
yang sering dibincang dalam risuffle tersebut, yang pertama Wiranto, iyya dia
adalah ketua partai Hanura yang sejak dari awal pemilihan presiden masuk dala
kualisi, tapi kenapa malah diperbincangkan saat dia masuk dalam kabinet Jokowi
Jk kali ini, mngkin karena kasus HAM yang masih ada kaitan dengan masanya saat
itu. Bahkan dengan masunya Wiranto dalam kabinet , tak ada seorang pun teman
yang senang dengan itu.
Nama yang kedua masuk
dalam kabinet resuffle yang kedua ini adalah Ibu Sri Muliani, kalian pasti
sudah kenal dengan nama ini, apa lagi bagi teman-teman yang selalu mengikuti
kasus century pada periode kepresidenan SBY. Tapi dari dua nama ini Sri Muliani
masih endapatkan dukungan dari beberapa orang walaupun tak semua orang mengamininya.
Mungkin orang-orang masih memiliki harapan untuk memperbaiki pasar dengan
masuknya Ibu Sri Muliani ini.
Tapi yang tdk kalah
populer diperbincangkan adalah Bapak Anis baswedan yang telah dilenserkan dari
kursi mentri Pendidikan. Orang-orang di lingkup pendidikan, bahkan diluar
lingkup pendidikan bertanya-tanya apa gerangan yang menjadikan bapak yang satu
ini dilenserkan? Awalnya saya berpikir mungkinkah karena adanya mafia-mafia
pada lingkup pendidikan yang tak bisa di raih oleh bapak Anis Baswedan ini
sehingga butuh orang yang memiliki gebrakan dan berani untuk menyentuh para
mafia pendidikan atau lebih tepatnya para begal-begal pendidikan yang hidup
nyaman dari penderitaan para penuntut ilmu. Tapi setelah membaca beberapa
artikel saya jadi berpikir lain, bahkan dsebuah artikel ada yang menganggap
pemberhentian ini karena bapak Anis baswedan yang menyuarakan dengan lantang
supaya tidak ada larangan untuk memilki, membaca, atau mencetak buku-buku yang
dianggap “kiri” oleh beberapa pejabat yang duduk menis di gedung pemerintahan.
Mungkin orang-orang
yang merasa terusik dengan maraknya buku-buku kiri merasa terganggu dengan
pernyataan Bapak Anis “Negara tak punya landasan hukum melakukan pelarangan
menulis buku atauide tertentu seburuk apapun ide itu. Inilah zaman saat
perlombaan ide menjadi niscaya”. Apa lagi setelah itu muncul himbauan kepada
sekolah-sekola agar menjadikan membaca sebagai rutinitas disekolah sebelum
melakukan proses pembelajaran yang dikeluarkan dari kursi mentri pendidikan. Apakah
dengan peraturan ini para siswa akan rajin membaca buku apapun termasuk buku “kiri:
yang ditakuti oleh beberapa orang di istana kepresidenan kita sehingga bapak
mentri pendidika yang membuat aturan ini harus segera dilengserkan dari
kursinya yang baru menjabat sebagai mentri pendidikan selama 20 bulan.
Semoga dengan banyaknya
diperbincangkan pergantian mentri pendidikan ini menunjukkan bahwa perhatian
masyarakat indonesia terhadap dunia pendidikan sangat baik.dan semoga ini tidak
hanya terjadi saat-saat resuffle atau saat-saat momentup politik saja tapi betul-betul
kita memberikan perhatian penuh kepada dunia pendidikan kita yang masih dibawah
standar jika dibandingkan dengan pendidikan pada negara-negara lain.
dari resuffle itu
jugalah banyak asumsi-asumsi yang mucul dari beberapa kalangan, ada yang
menganggap bahwa itukarena ketakutan Bapak Jokowi terhadap ketenaran Bapak anis
Baswedan sehingga menjadikan dirinya kalah dalam pilpres 2019 mendatang, tapi
apakah memang akan ada yang akan menjadikan bapak Anis baswedan sebagai Capres
2019 mendatang, kita tunggu saja, yang terpenting saat ini saya mengucapkan
ungkapan terimaksih kepada bapak Anis telah membawa pendidikan sedikitlebih
menyenangkan.
Komentar
Posting Komentar