Setiap Siswa Punya Kecerdasan Tersendiri
Pak kayak full mintongmi otakku saya kalau belajar matematika. Yg selalu kudengar Saat bercengkrama dengan mereka di kelas.
Setelah saya cek ternyata memori otak manusia itu sekitar 30-70 trilyun gb. Sungguh sangat besar kapasitas memori manusia itu. Belum lagi pembagian2 otak yang tiap bagiannya sangat menakjubkan fungsinya.
Sungguh banyak memori mereka jika masih umur seusianya memorinya sudah penuh. Dan memang kadang mereka mencoba 'memaksakan' diri untuk mengikuti pembelajaran matematika, dan mereka menganggap dirinya sudah paham, setelah ku uji satu demi satu saat itu mereka betul bisa mengerjakannya, tapi setelah masuk pada pertemuan selanjutnya mereka sudah melupakannya lagi, hanya ungkapan "kukana memangja pak penuh mintongmi otakku saya".
Setelah saya cek ternyata memori otak manusia itu sekitar 30-70 trilyun gb. Sungguh sangat besar kapasitas memori manusia itu. Belum lagi pembagian2 otak yang tiap bagiannya sangat menakjubkan fungsinya.
Sungguh banyak memori mereka jika masih umur seusianya memorinya sudah penuh. Dan memang kadang mereka mencoba 'memaksakan' diri untuk mengikuti pembelajaran matematika, dan mereka menganggap dirinya sudah paham, setelah ku uji satu demi satu saat itu mereka betul bisa mengerjakannya, tapi setelah masuk pada pertemuan selanjutnya mereka sudah melupakannya lagi, hanya ungkapan "kukana memangja pak penuh mintongmi otakku saya".
Kumencari lagi bagaimana otak itu sebenarnya. Dalam otak kiri itu pada hakikatnya di situlah sumber berpikir logis atau berpikir matematis. Sebaliknya otak kanan adalah pusat berpikir kreativitas seperti menyanyi, menari dan lain2nya.
Dari situlah saya mencoba menemukan kreativita mereka, dan menganggap bahwa matematika bukanlah satu2nya ilmu yg dapat di gunakan untuk menjalani hidup. Sehingga tidak usahlah memaksakan mereka untuk jadi orang terebat dalam menyelesaikan soal matematika. Seperti seekor kaki seribu yang sangat piawai dalam menari-nari memainkan seluruh kakinya dalam mengikuti lantunan musik yang mengiringi tariannya, sampai kaki seribu tersebut menjadi terkenal di seluruh penjuru negeri binatang tersebut. Dia menari di tempat yang satu ketempat yang lain dan mengumpulkan pundi2 kekayaan yang menjadikan hidupnya lebih bahagia. Sampai suatu hari dia menari di selah satu tempat yang dihadiri oleh binatang2 yang berpengaruh. Tanpa merasa canggung kaki seribu tersebut menari dengan indahnya yang disambut tepuk tangan meriah oleh para penonton, setelah menari semuanya terkagum2 dan sala seekor binatang yang mau melakukan penelitian tentang kaki seribu tersebut menemuinya. Dan memberikan sanjungan2 dan beberapa pertanyaan tentang tarian kaki seribu tersebut. Dan salah satu pertanyaannya adalah 'bagaimana cara kamu menggerakkan semua kaki2mu sampai menghadirkan tarian yang indah?'.
'Apakah kamu bisa menjelaskan berapa banyak gerakan kaki kananmu bergerak dalam atukali pertunjukan?'.
Pertanyaan2 itu mengganggu pikiran sikaki seribu, sampai dia tampil lagi dan mencoba menghitung dan mencaritahu bagiamana dia dapat menari. Dan akhirnya tariannya tak seindah sebelumnya lagi, dia tak dapat lagi melakukan tarian yang indah itu.
Dari situlah saya mencoba menemukan kreativita mereka, dan menganggap bahwa matematika bukanlah satu2nya ilmu yg dapat di gunakan untuk menjalani hidup. Sehingga tidak usahlah memaksakan mereka untuk jadi orang terebat dalam menyelesaikan soal matematika. Seperti seekor kaki seribu yang sangat piawai dalam menari-nari memainkan seluruh kakinya dalam mengikuti lantunan musik yang mengiringi tariannya, sampai kaki seribu tersebut menjadi terkenal di seluruh penjuru negeri binatang tersebut. Dia menari di tempat yang satu ketempat yang lain dan mengumpulkan pundi2 kekayaan yang menjadikan hidupnya lebih bahagia. Sampai suatu hari dia menari di selah satu tempat yang dihadiri oleh binatang2 yang berpengaruh. Tanpa merasa canggung kaki seribu tersebut menari dengan indahnya yang disambut tepuk tangan meriah oleh para penonton, setelah menari semuanya terkagum2 dan sala seekor binatang yang mau melakukan penelitian tentang kaki seribu tersebut menemuinya. Dan memberikan sanjungan2 dan beberapa pertanyaan tentang tarian kaki seribu tersebut. Dan salah satu pertanyaannya adalah 'bagaimana cara kamu menggerakkan semua kaki2mu sampai menghadirkan tarian yang indah?'.
'Apakah kamu bisa menjelaskan berapa banyak gerakan kaki kananmu bergerak dalam atukali pertunjukan?'.
Pertanyaan2 itu mengganggu pikiran sikaki seribu, sampai dia tampil lagi dan mencoba menghitung dan mencaritahu bagiamana dia dapat menari. Dan akhirnya tariannya tak seindah sebelumnya lagi, dia tak dapat lagi melakukan tarian yang indah itu.
Dari cerita itu mungkin alangkah baiknya para siswa siswa yg sudah menganggap memorinya sudah penuh tidak usahlah dipaksakanuntuk menggunakan otak kirinya, biarkan mereka berkreasi tinggal kita sebagai pendamping dikelas mengarahkan mereka dalam melakukan potensi yang ada dalam dirinya itu.
Biarlah mereka menari bergerak seindah mungkin tanpa adanya beban2 pikiran yg hanya akan menjadikan memorinya dipaksakan.
Komentar
Posting Komentar