Desain Pembelajaran
1.
Pengertian Desain Pembelajaran
Suatu pembelajaran harus
mempunyai tujuan tertentu di bawah bimbingan, arahan, dan motivasi dosen,
olehnya itu pembelajaran tidak dapat dilakukan dengan asal-asalan melainkan
harus dilakukan secara terencana dengan baik,
perencanaan ini tidak hanya dimulai dengan munyusan SAP melainkan
dimulai dari tahap pengujian desain pembelajaran.
Seels dan Richey (tanpa
tahun) dalam Yaumi (2013) design is process of specifing conditions for
learning (desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar). Desain
pembelajaran menurut Yamin (2013: 10) desain pembelajaran adalah tata cara yang
dipakai untuk melaksanakan proses pembelajaran. Sedangkan menurut yaumi (2013:
10) desain pembelajaran merupakan proses untuk memutuskan metode pembelajaran
yang sesuai untuk membawa perubahan pengetahuan dan keterampilan dalam suatu
materi pembelajran.
Rothwell dan Kazanas dalam
Yaumi (2013:10) menjabarkan definisi desain pembelajaran mencakup: (1) suatu
profesi yang muncul, (2) difokuskan pada membangun dan mempertahankan kinerja
manusia secara efektif dan eflsien, (3) diarahkan dengan model kinerja manusia,
(4) dilakukan secara Sistematis, (5) berdasarkan teori sistem yang terbuka, (6)
berorientasi untuk menemukan dan memberikan solusi pada permasalahan kinerja
manusia secara efektif dan menemukan lompatan-lompatan quantum dalam perbaikan
produktivitas melalui kecerdasan manusia.
Shambaugh dalam (Wina Sanjaya, 2009
: 67) menjelaskan tentang desain pembelajaran sebagai berikut. An
intellectual process to help teachers systematically learners needs and
construct structures possibilities to responsively addres those needs. (Sebuah
proses intelektual untuk membantu pendidik menganalisis kebutuhan peserta didik
dan membangun berbagai kemungkinan untuk merespon kebutuhan tersebut)
Yaumi (2013: 11) dengan
mengadaptasi definisi desain pembelajaran dari Carl dan Rosalind, membagi empat
persfektif dalam mendifinisikan desain pembelajaran yaitu:
Pertama, desain pembelaiaran
sebagai suatu proses adalah pengembangan sistematik tentang spesifikasi
pembelajaran dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran untuk mencapai
kualitas pembelajaran. Dari definisi tersebut desain pembelajaran dipandang
sebagai keseluruhan proses analisis terhadap kebutuhan belajar, tuiuan, dan
pengembangan sistem penyampaian untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Proses yang
dimaksud mencakup pengembangan materi dan aktivitas pernbelaiaran, uji lapangan,
dan evaluasi terhadap seluruh pembelaiaran dan aktivitas-aktivitas peserta
didik.
Kedua, desain pembelajaran
sebagai suatu disiplin adalah cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
penelitian dan teori tentang strategi pembelajaran dan proses untuk
mengembangkan dan irnplementasi strategi-strategi tersebut.
Ketiga, desain pembelajaran
sebagai suatu sains adalah ilmu yang mempelajari bagaimana menciptakan
spesifikasi perinci untuk pengembangan, implementasi, evaluasi, dan
pemeliharaan situasi yang dapat memfasilitasi belajar tentang satuan kecil dan
besar dari mata pelajaran atau mata kuliah dalam berbagai tingkat kesulitan.
Keempat, desain pembelajaran
sebagai suatu realitas dapat dimulai dari titik mana saja dalam proses desain.
Sering muncul suatu pandangan baru yang dikembangkan menjadi inti dari suatu
situasi pembelajaran. Pada saat seluruh proses telah dilakukan, perancang
pembelajaran mengkaji lebih dalam dengan melihat seluruh bagian dari ilmu
pengetahuan telah diperhitungkan.
Sedangkan Wiyani (2013;
22-23) mendetinisikan beberapa pengertian desain pembelajaran menurut para
ahli, adalah sebagai berikut:
a)
Menurut Wina Sanjaya dalam konteks pembelajaran, desain
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses yang sistematis untuk
memecahkan masalah pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan
pembelajaran beserta kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan perencanaan
sumber-sumber belajar yang dapat digunakan serta perencanaan evaluasi
keberhasilan belajar.
b)
Gagne mengartikan desain pembelajaran sebagai usaha guru
dalam merancang lingkungan serta kondisi yang memungkinkan membangkitkan
kemauan, kesiapan, serta kemampuan peserta didik untuk belajar.
c)
Shambaugh mengartikan desain pembelajaran sebagai suatu
proses intelektual yang menolong guru dalam menganalisis kebutuhan peserta
didik secara sistematis serta menyusun rencana secara terstruktur untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
d)
Gentry mengungkapkan bahwa desain pembelajaran merupakan
upaya guru yang berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran,
strategi untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk
efelaivitas pencapaian tujuan.
Lebih lanjut, Dick dan Carey
(dalam Abidin, 2014:41) memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan
menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Mereka memandang
pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan
pembelajaran sebab istilah instructional
design (ID) mengacu kepada instructional
system development (ISD) yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan,
implementasi, dan evaluasi. Desain pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk
meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan sistem pembelajaran.
Pendekatan sistem pembelajaran dipandang lebih produktif utuk semua tujuan
instrksional sebab setiap komponen bekerja dan berfungsi untuk mencapai tujuan
pembelajaran Komponen pembelajaran seperti guru, peserta didik, materi,
kegiatan pembelajaran, sistem penyajian materi, evaluasi, dan kinerja
lingkungan belajar saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mewujudkan hasil
belajar siswa yang dikehendaki Oleh sebab itu, desain sistem pembelajaran
meliputi tahapan perencanaan, pengembangan, implementasi dan evaluasi.
Senada dengan pendapat di
atas, Morisson, Ross dan Kemp (dalam Abidin, 2014:40) mendefinisikan desain
pembelajaran merupakan suatu proses desain yang sistematis untuk menciptakan
pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, serta membuat kegiatan
pembelajaran lebih mudah, yang didasarkan pada apa yang diketahui mengenai
teori-teori pembelajaran, teknologi informasi, sistematika analisis,
penelitian alam bidang pendidikan, dan
metode-metode manajemen.
Dari definisi-definisi di
atas maka kami dapa membuat suatu definisi sederhana tentang desain pembelajaran
adalah proses sistematis dalam merancang model, metode, strategi dan perangkat
pembelajaran sedemikian sehingga pembelajaran tersebut bisa berjalan efektif,
efisien dan mampu melakukan lompatan quantum dalam menyelesaikan
masalah-masalah peserta didik.
2.
Karakteristik desain pembelajaran
Menurut Yaumi (2013:12)
karakteristik desain pembelajaran terdiri dari, berpusat pada siswa,
beroriantasi pada tujuan, terfokus pada pengembangan atau perbaikan kinerja
peserta didik, mengarahkan ke hasil yang dapat diukur melalui cara yang valid dan dapat dipercaya,
bersifat empiris, berulang, dan dapat dikoreksi sendiri, dan desain
pembelajaran adalah upaya tim. Ke enam karakteristik desain pembelajran
tersebut adalah sebagai berikut.
a.
Desain pembelajaran berpusat pada siswa
Peserta didiklah yang
memengaruhi konten, aktivitas, materi, dan fase belaiar. Pendekatan ini
memosisikan peserta didik pada pusat proses belajar. Pendidik memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara independen dan saling
membantu antara satu dengan yang lainnya, serta melatih mereka dengan
memerhatikan keterampilan yang dibutuhkan untuk berbuat secara efektif.
Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mencakup berbagai
teknik, seperti mengganti sistem penyajian yang menggunakan ceramah dengan
pengalaman belajar aktif, menetapkan teknik open-ended
problem merupakan pendekatan yang membutuhkan proses berpikir kritis dan
kreatif, melibatkan peserta didik dalam simulasi dan bermain peran, dan
menggunakan self-phase dan
cooperatif learning.
b.
Desain pembelajaran berorientasi tujuan
Dalam pembelajran harus
berorientasi pada tujuan baik tujuan pembelajaran menurut gagne seperti
1)
informasi verbal
2)
kemampuan intelektual
3)
kemampuan kognisi
4)
sikap dan
5)
kemampuan motorik (Yaumi 2013:14)
Atau tujuan pembelajaran itu
di arahkan pada tujuan taksonomi Bloom yang mencakup tiga ranah : kognisi,
afektif, atau psikomotor.
c. Desain pembelajaran
terfokus pada pengembangan atau perbaikan kinerja peserta didik
Memperbaiki berarti
memberikan hal yang dapat berguna atau bermanfaat dalam artian secara umum,
memperbaiki berarti melakukan perubahan ke arah yang dapat mencapai tujuan yang
layak
Kinerja dalam desain
pembelajaran paling tidak merujuk pada dua komponen utama sebagaimana yang di
utarakan oleh yaumi (2013:15) pertama, desain pembelajaran yang digunakan untuk
memfasilitasi peserta didik dalam mendapatkan pengetahuan dan menggunakan atau
menerapkan pengetahuan dan kemampuan baru yang diperoleh. Kedua, desain
pembelaiaran dapat mengakomodasi dan mengembangkan kinerja peserta didik dalam
upaya menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.
d.
Desain pembelajaran mengharuskan dapat diukur melalui cara yang valid dan dapat dipercaya
Mengembangkan instrumen
pengukuran hasil belajar yang valid dan dapat dipercaya, sehingga
instrumen-instrumen yang digunakan seharusnya adalah harus sesuai dengan apa
yang hendak kita ukur.
e.
Desain Pembelajaran Bersifat Empiris, Berulang, Dan Dapat
Dikoreksi Sendiri
Data merupakan jantungnya proses
desain pembelajaran. Pengumpulan data dimulai seiak analisis awal dan berlanjut
hingga sampai pada tahap implementasi. Misalnya, selama fase analisis data
dapat dikumpulkan sehingga dapat dibandingkan apa yang telah dipahami peserta
didik dengan apa yang dibutuhkan untuk dipahami. Bimbingan dan umpan balik dari
ahli mata pelajaran/kuliah menentukan ketepatan dan relevansi keterampilan dan
pengetahuan untuk diajarkan. Hasil penelitian dan pengalaman pendahuluan
mengarahkan penyeleksian strategi dan media pembelajaran. Data yang dikumpulkan
selama uji coba formatif membawa implikasi pada revisi-revisi yang diperlukan,
dan data dari lapangan sesudah implementasi memberikan iawaban apakah
pembelajaran yang diselenggarakan efektif atau tidak. Sekalipun data tidak
selalu menjawab dan memenuhi kebutuhan yang diinginkan, namun dapat digunakan
sebagai dasar rasional untuk membuat keputusan dan menjadi dasar dalam
menyelesaikan proyek dengan berhasil.
f.
Desain pembelajahan adalah upaya tim
Memang benar bahwa mungkin
saia desain pembelajaran dapat dilakukan sendiri, baik dalam menyediakan
sumber, kerangka desain, maupun dalam hal penyeleksian dan pengembangan media,
materi, dan metode yang digunakan. Tetapi keterlibatan pihak lain dalam suatu
tim sangat dibutuhkan karena pada hakikatnya proyek desain merupakan usaha
bersama dalam upaya menciptakan suatu produk yang lebih baik.
3.
Komponen-komponen desain pembelajaran
Komponen utama dari desain pembelajaran
adalah:
1
Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran
kompetensi yang akan dikuasai oleh pembelajar.
2
Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu
diketahui meliputi, karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
3
Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis
topik atau materi yang akan dipelajari
4
Strategi Pembelajaran dapat dilakukan secara makro dalam
kurun satu tahun atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar. Bahan
Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
5
Penilaian Belajar tentang pengukuran kemampuan atau
kompetensi yang sudah dikuasai atau belum.
Model desain sistem
pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan, komunikasi untuk
menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program pembelajaran, dan
program pelatihan. Pada umumnya, setiap desain sistem pembelajaran memiliki
keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur yang digunakan.
Perbedaan juga kerap terdapat pada istilah-istilah yang digunakan. Namun demikian,
model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip yang sama dalam upaya
merancang program pembelajaran yang berkualitas. Dalam desain pembelajaran
dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli. Beberapa contoh dari
model desain pembelajaran diuraikan secara lebih jelas berikut ini:
a.
Model Dick dan Carey
Model
desain sistem pembelajaran berperan sebagai alat konseptual, pengelolaan,
komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program
pembelajaran, dan program pelatihan. Pada umumnya, setiap desain sistem
pembelajaran memiliki keunikan dan perbedaan dalam langkah-langkah dan prosedur
yang digunakan. Perbedaan juga kerap terdapat pada istilah-istilah yang
digunakan. Namun demikian, model-model desain tersebut memiliki dasar prinsip
yang sama dalam upaya merancang program pembelajaran yang berkualitas. Dalam
desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para ahli.
Beberapa contoh dari model desain pembelajaran diuraikan secara lebih jelas
berikut ini:
Model
yang dikembangkan didasarkan pada penggunaan pendekatan sistem terhadap
komponen-komponen dasar desain pembelajaran yang meliputi analisis desain
pengembangan, implementasi dan evaluasi. Adapun komponen dan sekaligus
merupakan langkah-langkah utama dari model desain pembelajaran yang dikemukakan
oleh Dick, Carey & Carey (2009) adalah:
1. Mengidentifikasi tujuan
pembelajaran.
2. Melakukan analisis instruksional.
3. Menganalisis karakteristik
peserta didik dan konteks pembelajaran.
4. Merumuskan tujuan pembelajaran
khusus.
5. Mengembangkan instrumen
penilaian.
6. Mengembangkan strategi
pembelajaran.
7. Mengembangkan dan memilih bahan
ajar.
8. Merancang dan mengembangkan
evaluasi formatif.
9. Melakukan revisi terhadap program
pembelajaran.
10. Merancang dan mengembangkan
evaluasi sumatif.
Adapun
Model Dick,Carey & Carey diilustrasikan melalui Bagan berikut
Gambar 1 Model Dick dan Carrey (Burges, 2013)
Identifikasi
tujuan pembelajaran khusus, Langkah pertama yang dilakukan dalam menerapkan
model pembelajaran ini, adalah menentukuan kemampuan atau kompetensi yang perlu
dimiliki peserta didik setelah menempuh program pembelajaran. Hal ini
kompetensi yang harus dimiliki peserta didik adalah pemahaman tentang materi
perkuliahan.
Analisis
instruksional, Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah
selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional yaitu sebuah prosedur yang
digunakan untuk menentukan ketrampilan dan pengetahuan yang relevan dan
diperlukan oleh peserta didik untuk mencapai kompetensi. Antara lain
pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran.
Analisis
peserta didik dan konteks, Selanjutnya analisis terhadap karakteristik peserta
didik yang akan belajar dan konteks pembelajaran. Analisis konteks meliputi
kondisi-kondisi terkait dengan ketrampilan yang dipelajari peserta didik dan
situasi tugas yang dihadapi peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan
ketrampilan yang dipelajari, sedang analisis karakteristik peserta didik adalah
kemampuan aktual yang dimiliki peserta didik.
Merumuskan
tujuan pembelajaran khusus, Dengan dasar analisis instruksional tersebut, maka
dirumuskan tujuan pembelajaran khusus yang akan menjadi harapan/gambaran dari
perilaku peserta didik setelah menerima pelajaran. Dalam pengembanganya tujuan
pembelajaran khusus/indikator ini adalah perubahan perilaku pengetahuan
mengenai materi perkuliahan.
Mengembangkan
alat penilaian, alat penilaian ini menjadi salah satu feedback dalam
pembelajaran untuk mengetahui ketercapain tujuan dan kompetensi khusus yang
telah dirumuskanya. Dalam pengembangnya alat evaluasi ini adalah performance
peserta didik setelah menerima pelajaran. Apakah tingkat pemahaman peserta
didik meningkat atau tidak.
Mengembangkan
strategi pembelajaran, Strategi pembelajaran yang dipilih adalah strategi
pembelajaran yang dapat dijadikan jembatan/media transformasi apakah mendukung
ketercapaian kompetensi yang telah dirumuskan.
Pengembangan
bahan ajar, dalam langkah ini, pengembangan bahan ajar disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah dirumuskan, serta disesuaikan dengan
strategi pembelajaran yang digunakan.
Merancang
evaluasi formatif, setelah draft rancangan tentang program pembelajaran selesai
dikembangkan, maka evaluasi formatif ini berfungsi sebagai alat untuk
mengumpulkan data kekuatan dan kelemahan program pembelajaran yang telah
dirancang. Model ini dikembangkan dengan menguji cobakan pada kelas kelompok
kecil misalnya 2 atau 3 peserta didik atau 10 orang peserta didik dalam diskusi
terbatas.
Melakukan
revisi terhadap program pembelajaran, Langkah ini dilakukan setelah mendapatkan
masukan dari evaluasi formatif terhadap draf program. Pada langkah ini, tidak
hanya mengevaluasi terhadap draf program saja, akan tetapi pada semua sistem
pembelajaran mulai dari analisis instruksional sampai evaluasi formatif.
Melakukan
evaluasi sumatif, evaluasi sumatif merupakan evaluasi puncak terhadap program
pembelajaran yang telah dirancang, setelah program tersebut dilakukan evaluasi
formatif dan dilakukan revisi-revisi terhadap produk, maka evaluasi sumatif
dilakukan.
b.
Model ADDIE
Ada satu
model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate).
ADDIE muncul pada tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.
Salah satu fungsinya ADDIE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan
infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja
pelatihan itu sendiri.
Model
ini menggunakan lima tahap pengembangan yakni: a) Analysis (analisa), b)
Design (disain/perancangan), c) Development (pengembangan), d) Implementation
(implementasi/eksekusi), e) Evaluation (evaluasi/umpan balik).
Masing-masing langkah dideskripsikan sebagai berikut:
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu
proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta didik, yaitu
melakukan needs assessment (analisis kebutuhan), mengidentifikasi
masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh
karena itu, output yang akan dihasilkan adalah berupa karakteristik atau profil
calon peserta didik, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis
tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan
istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat bangunan, maka sebelum
dibangun gambar rancang bangun (blue-print) di atas kertas harus ada
terlebih dahulu. Pada tahap desain ini diperlukan: pertama merumuskan tujuan
pembelajaran yang SMART (spesific, measurable, applicable, realistic, dan
Times). Selanjutnya menyusun tes yang didasarkan pada tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan strategi pembelajaran yang
tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada
banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat dipilih dan tentukan yang
paling relevan. Di samping itu, perlu dipertimbangkan pula sumber-sumber pendukung
lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa
seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam suatu dokumen bernama blue-print
yang jelas dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses
mewujudkan blue-print atau desain yang dibuat menjadi kenyataan.
Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa multimedia
pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan, misal diperlukan
modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan
lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus
disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah
uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian
dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi
formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang
sedang dikembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata
untuk menerapkan sistem pembelajaran yang dibuat. Artinya, pada tahap ini semua
yang telah dikembangkan dipersiapkan sesuai dengan peran atau fungsinya agar
bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software
tersebut harus sudah diinstall. Jika penataan lingkungan harus tertentu,
maka lingkungan atau setting tertentu tersebut juga harus ditata.
Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi
adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun
berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa
terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap
empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk
kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah
satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan
input terhadap rancangan yang sedang dibuat. Pada tahap pengembangan, mungkin
perlu uji coba dari produk yang dikembangkan atau mungkin perlu evaluasi
kelompok kecil dan lain-lain.
c.
Model Hanafin and Peck
Model Hanafin
dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga fase, yaitu
fase analisis kebutuhan, fase desain dan fase pengembangan atau implementasi.
Dalam model ini, penilaian dan pengulangan perlu dijalankan dalam setiap fase.
Model ini adalah model desain pembelajaran berorientasi produk. Gambar di bawah
ini menunjukkan tiga fase utama dalam model Hanafin dan Peck.
Gambar 2 Model Desain Pembelajaran Hanafin dan
Peck
(Supriatna & Mulyadi, 2009 : 18)
Fase pertama dari model Hanafin
dan Peck adalah analisis kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di
dalamnya tujuan dan objektif media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan
kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, peralatan dan keperluan media
pembelajaran. Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hanafin dan Peck
menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum meneruskan
pembangunan ke fase desain.
Fasa yang kedua dari model Hanafin
dan Peck adalah fase desain. Di dalam fase ini informasi dari fase analisis
dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media
pembelajaran. Hanafin dan Peck (dalam Supriatna & Mulyadi, 2009 : 14)
menyatakan fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan mendokumenkan
kaidah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah
satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang
mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajar dan objektif
media pembelajaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan.
Seperti halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini
sebelum dilanjutkan ke fase pengembangan dan implementasi.
Fase ketiga dari model Hanafin
dan Peck adalah fase pengembangan dan implementasi. Hanafin dan Peck mengatakan
aktivitas yang dilakukan pada fase ini ialah penghasilan diagram alur,
pengujian, serta penilaian formatif dan penilaian sumatif. Dokumen story
board akan dijadikan landasan bagi pembuatan diagram alir yang dapat
membantu proses pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media
yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan pengujian
dilaksanakan pada fase ini. Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan
digunakan dalam proses penyesuaian untuk mencapai kualitas media yang
dikehendaki. Model Hanafin dan Peck (dalam Supriatna & Mulyadi, 2009 : 14)
menekankan proses penilaian dan pengulangan harus mengikutsertakan
proses-proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga
fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hanafin dan Peck (dalam Supriatna
& Mulyadi, 2009 : 14) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian
formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang
dilakukan sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif
dilakukan setelah media telah selesai dikembangkan. Dengan berpedoman pada
sebuah desain pembelajaran yang telah tersusun, maka pembelajaran di kelas
dapat dilaksanakan dengan lebih terarah dan terencana.
d.
Model Jerold E. Kemp
Jerold E. Kemp berasal dari California
State University di Sanjose Kemp mengembangkan model desain instruksional
yang paling awal bagi pendidikan. Model Kemp memberikan bimbingan kepada para
siswanya untuk berpikir tentang masalah-masalah umum dan tujuan-tujuan
pembelajaran. Model ini juga mengarahkan para pengembang desain instruksional
untuk melihat karakteristik para siswa Sena menentukan tujuan-tujuan belajar
yang tepat Langkah berikutnya adalah spesitikasi isi pelajaran da mengembangkan
pretest dari tujuan-tujuan yang telah ditetapkan Selanjutnya menetapkan
strategi dan langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar Serta
sumber-sumber belajar yang akan digunakan Selanjutnya, materi/isi (conten)
kemudian dievaluasi atas dasar tujuan-tujuan yang telah dirumuskan. Langkah
benkutnya adalah melakukan identiflkasi dan revisi didasarkan atas hasil-hasil
evaluasi.
Perencanaan desain
pembelajaran model Kemp dapat digunakan pada tingkat sekolah dasar, sekolah
lanjutan, maupun perguruan tinggi. Desain pembelajaran Model Kemp ini dirancang
untuk menjawab tiga pertanyaan, yakni:
1)
Apa
yang harus
dipelajari siswa (tujuan pembelajaran).
2)
Apa/bagaimana
prosedur, dan sumber-sumber belajar apa yang tepat untuk mencapai hasil belajar
yang diinginkan (kegiatan, media, dan sumber belajar yang digunakan).
3)
Bagaimana
kita tahu bahwa hasil belajar yang diharapkan telah tercapai (evaluasi).
Gambar 3 Model Pengembangan
Pembelajaran Menurut Kemp (sumber: Arsyad., 2016)
Dari gambar 2.3 diatas dapat kita simpulkan Langkah-langkah
pengembangan desain pembelajaran Model Kemp sebagai berikut:
1)
Masalah Pembelajaran (Instructional
Problems).
Mengidentifikasi adanya
kesenjangan antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dan fakta yang terjadi
di lapangan, baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun
strategi yang digunakan dosen untuk mencapai pembelajaran. Bahan kajian, pokok
bahasan atau materi yang akan dikembangkan. Selanjutnya disusun alternatif atau
cara pembelajaran yang sesuai dalam upaya mencapai tujuan seperti yang di
harapkan dalam kurikulum
2)
Karakteristik Mahasiswa (Leaner Characteristics).
Pada tahap ini dilakukan
analisis karakteristik mahasiswa yang akan menjadi tempat implementasi
perangkat. Karakteristik yang dimaksud meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman
baik sebagai individu maupun sebagai kelompok. Sumber untuk memperoleh
karakteristik siswa antara lain guru, kepala sekolah atau dokumen yang relevan.
Ciri pribadi misalnya umur, sikap, dan ketekunan terhadap pelajaran.
3)
Analisis
Tugas (Task Analysis)
Analisis tugas merupakan
perincian isi mata ajar dalam bentuk garis besar untuk menguasai isi bahan kajian
atau mempelajari keterampilan yang mencakup keterampilan kognitif, keterampilan
psikomotor, dan keterampilan sosial. Analisis tugas ini meliputi analisis
struktur isi, analisis prosedural, analisis konsep, dan pemrosesan informasi.
Analisis struktur isi dilakukan dengan mencermati kurikulum sedangkan analisis
prosedural adalah analisis tugas yang dilakukan dengan mengidentifikasi
tahap-tahap penyelesaian tugas sehingga diperoleh peta tugas.
Analisis konsep dilakukann
dengan mengidenfikasi konsep-konsep utama yang akan diajarkan dan menyusunnya
secara sistematis sesuai urutan penyajian dan merinci konsep-konsep yang
relevan. Hasil analisis ini akan diperoleh peta konsep. Analisis pemrosesan
informasi dilakukan untuk mengelompokkan tugas-tugas yang akan dilaksanakan
oleh siswa selama pembelajaran berlangsung dengan mempertimbangkan alokasi
waktu. Analisis pemrosesan informasi ini akan menghasilkan cakupan konsep atau
tugas yang akan diajarkan dalam pembelajaran yang tertuang dalam satu rencana
pembelajaran.
4)
Merumuskan Tujuan Pembelajaran (Instructional Objectives)
Rumusan tujuan pembelajaran
adalah tujuan pembelajaran khusus (indikator hasil belajar) yang
diperoleh dari hasil analisis tujuan yang dilakukan pada tahap masalah
pembelajaran.
5)
Urutan Materi Pembelajaran (Content Squencing)
Pada tahap ini isi pokok
bahasan yang akan diajarkan diurutkan terlebih dahulu. Menurut Kemp, ada lima
aspek yang perlu diperhatikan dalam mengurutkan pokok bahasan yaitu pengetahuan
prasyarat, familiaritas, kesukaran, minat, dan perkembangan siswa. Setelah isi
pokok bahasan diurutkan, langkah selanjutnya adalah menentukan strategi awal
pembelajaran.
6)
Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)
Strategi pembelajaran yang
digunakan menggambarkan urutan dan metode pembelajaran untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Criteria umum untuk pemilihan strategi belajar-mengajar
yagn sesuai dengan tujuan instruksional khusus tersebut adalah:
- Efisiensi
- Keefektifan
- Ekonomis
- Kepraktisan, melalu suatu analisis alternative
7)
Cara Penyampaian Pembelajaran (Instructional Delivery)
Metode penyampaian ditentukan
berdasarkan tujuan dan lingkungan pembelajaran, yang dapat bersifat klasikal,
kelompok, atau individual.
8)
Instrumen Penilaian
(Evaluation Instrumens)
Instrumen penilaian (tes
hasil belajar) disusun berdasarkan tujuan pembelajaran khusus yang telah
dirumuskan. Kriteria penilaian yang dilakukan adalah penilaian acuan patokan
sehingga tes hasil belajar yang dikembangkan harus dapat mengukur tingkat
pencapaian tujuan pembelajaran khusus. Evaluasi ini sangat perlu untuk
mengontrol dan mengaji keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu :
- Siswa
- Program instruksional
- Instrumen evaluasi/tes
- Metode.
9)
Sumber Pembelajaran (Instructional Resources)
Faktor-faktor yang
diperhatikan dalam membuat media pembelajaran yang akan dipergunakan yaitu
ketersediaan secara komersial, biaya pengadaan, waktu untuk menyediakannya dan
menyenangkan bagi siswa.
10)
Revisi Perangkat (Revision)
Revisi perangkat pembelajaran
dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki perangkat pembelajaran yang
dikembangkan. Revisi perangkat dilakukan melalui tahap telaah oleh para pakar,
hasil simulasi pembelajaran, hasil uji coba I maupun hasil uji coba II.
11)
Penilaian Formatif (Formative Evaluation)
Penilaian formatif adalah
penilaian yang dilakukan setiap selesai satu unit proses pembelajaran.
Penilaian ini berguna untuk menemukan kelemahan dalam perencanaan pembelajaran
sehingga berbagai kekurangan ini dapat dihindari sebelum program dipakai secara
luas.
12)
Perencanaan (Planning)
dan Manajemen Proyek (Project Management)
Aspek teknis perencanaan
sangat mempengaruhi keberhasilan rancangan pengembangan. Merencanakan
pembelajaran merupakan suatu proses yang rumit sehingga menuntut pengembang
perangkat untuk selalu memperhatikan tiap-tiap unsur dan secara terus menerus
menilai kembali hubungan setiap bagian rencana itu dengan tata keseluruhannya,
karena setiap unsur dapat mempengaruhi perkembangan unsur yang lain.
13)
Penilaian Sumatif (Summative Evaluation)
Penilaian sumatif diarahkan
pada pengukuran seberapa jauh hasil belajar utama dicapai pada akhir seluruh
pembelajaran, dapat juga berupa kegiatan menindaklanjuti siswa setelah ia
menyelesaikan suatu program pembelajaran untuk menentukan apakah dan bagaimana
ia menggunakan dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
dipelajarinya dalam program pembelajaran.
14)
Pelayanan Pendukung (Support Services)
Pelayanan pendukung meliputi
ketersediaan anggaran, fasilitas, bahan, perlengkapan, kemampuan staf,
pengajar, perancang pembelajaran, pakar, dan lain sebagainya.
Semua komponen diatas saling
berhubungan satu dengan yang lainnya, bila adanya perubahan atau data
yangwbertentangan dengan pada salah satu komponen mengakibatkan pengaruh pada
komponen lainnya. Dalam lingkaran model Kemp menunjukkan kemungkinan revisi
tiap komponen bila diperlukan.
Dari beberapa model desain
pembelajaran diatas dan dengan melihat langkah-langkah dari model tersebut maka
peneliti memilih model Jerold E. Kemp. Hal ini juga dikarenakan:
1)
Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan
desain pembelajaran.
2)
Langkah-langkah dari komponen model kemp mengarahkan
pengembangan desain instruksional untuk mencapai tujuan-tujuan belajar yang
tepat
Ok ok...
BalasHapus